Rabu, 01 Januari 2014

TEKNIK NON TES DALAM EVALUASI PEMBELAJARAN

TEKNIK NON TES DALAM EVALUASI PEMBELAJARAN

Pengertian
  • Teknik penilaian yang dilakukan tanpa menggunakan tes.
  •  Dilakukan lewat pengamatan secara teliti dan tanpa menguji peserta didik.
  • Non tes biasanya dilakukan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft skill, terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik dari apa yang diketahui atau dipahaminya.
  • instrument ini berhubungan dengan penampilan yang dapat diamati dari pada pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati dengan panca indra


Jenis – Jenis Non Tes
1.   Pengamatan (Observation)
observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.
Tujuan utama observasi antara lain
  •  Mengumpulkan  data  dan  inforamsi  mengenai  suatu  fenomena,  baik  yang  berupa peristiwa  maupun  tindakan,  baik dalam  situasi  yang sesungguhnya  maupun  dalam situasi buatan
  •   Mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun peserta didik), interaksi antara peserta  didik  dan  guru,  dan  faktor-faktor  yang  dapat  diamati  lainnya,  terutama kecakapan sosial (social skill)
  •  Menilai  tingkah  laku  individu  atau  proses  yang  tejadi  dalam  situasi  sebenarnya maupun situasi yang sengaja dibuat.

Observasi mempunyai beberapa karakteristik, antara lain:
  • Mempunyai arah dan tujuan yang jelas.
  •  Bersifat ilmiah, yaitu dilakukan secara sistematis, logis, kritis, objektif, dan rasional.
  •  Terdapat berbagai aspek yang akan diobservasi.
  • Praktis penggunaannya.

Jika kita melihat dari dari kerangka kerjanya, observasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
  •  Observasi  berstruktur,  yaitu semua kegiatan guru sebagai observer telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor yang telah diatur kategorisasinya.  Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan  dan dibatasi dengan jelas dan tegas.
  •   Observasi tak berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai obeserver tidak dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti. Kegiatan obeservasi hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri.

Apabila dilihat dari teknis pelaksaannya, observasi dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu:
  • Observasi langsung, observasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diselidiki.
  • Observasi tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui perantara, baik teknik maupun alat tertentu.
  •  Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.

Kelebihan
  •  Observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena.
  • Observasi cocok untuk mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang sedang melakukan suatu kegiatan.
  • Banyak hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi lebih tepat dengan observasi.
  • Tidak terikat dengan laporan pribadi.

Kekurangan
  •  Seringkali  pelaksanaan  observasi  terganggu oleh keadaan cuaca, bahkan ada kesan yang kurang menyenangkan dari observer ataupun observasi itu sendiri.
  •  Biasanya masalah pribadi sulit diamati.
  • Jika yang diamati memakan waktu lama, maka observer sering menjadi jenuh.

Langkah-langkah  penyusunan  pedoman  observasi
  • Merumuskan tujuan observasi
  • Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi
  • Menyusun pedoman observasi 
  • Menyusun aspek-aspek  yang akan diobservasi,  baik yang berkenaan proses belajar peserta didik dan kepribadiaanya maupun penampilan guru dalam pembelajaran
  • Melakukan   uji  coba   pedoman   observasi   untuk   melihat   kelemahan-kelemahan pedoman observasi
  •  Merivisi pedoman obsevasi berdasarkan hasil uji coba
  • Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung 
  • Mengolah dan menafsirkan hasil observasi

2)  Wawancara (Interview)
wawancara adalah suatu teknik pengumpulan  data dengan jalan mengadakan  komunikasi  dengan sumber.  Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (Tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung (menggunakan alat komunikasi).
Ada dua jenis wawancara :
  • Wawancara   terpimpin  (guided  interview),  biasanya  juga  dikenal  dengan  istilah wawancara berstruktur (structured interview) atau wawancara sistematis (systematic interview), dimana wawancara ini selalu dilakukan oleh evaluator dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan  yang telah disusun terlebih dahulu dalam bentuk panduan wawancara (interview guide). Jadi, dalam hal ini responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan.
  • Wawancara  tidak  terpimpin  (un-guided  interview),  biasanya  juga  dikenal  dengan istilah wawancara sederhana (simple interview) atau wawancara tidak sistematis (non- systematic   interview)   atau   wawancara   bebas,   diamana   responden   mempunyai kebebasan  untuk  mengutarakan  pendapatnya,  tanpa  dibatasi  oleh  patokan-patokan yang  telah  dibuat  oleh  evaluator.

ada 3 tujuan dalam melaksanakan wawancara yakni :
1)  Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau situasi dan kondisi tertentu.
2)  Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah. 
3)  Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.
Kelebihan Wawancara
  • dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi yang dihadapi pada saat itu   
  • mengetahui perilaku nonverbal, misalnya rasa suka, tidak suka atau perilaku lainnya pada saat pertanyaan diajukan dan dijawab oleh sumber
  • Pertanyaan dapat diajukan secara  berurutan  sehingga  sumber  dapat  memahami  maksud  penelitian  secara  baik, sehingga dapat menjawab pertanyaan dengan baik pula
  • Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh sumber yang telah ditetapkan
  • Melalui wawancara, dapat ditanyakan hal-hal yang rumit dan mendetail.

Kelemahan Wawancara
  •  memerlukan  banyak waktu  dan tenaga  dan juga mungkin  biaya
  •   dilakukan  secara tatap muka,  namun kesalahan bertanya dan kesalahan dalam menafsirkan jawaban, masih bisa terjadi
  • keberhasilan wawancara sangat tergantung dari kepandaian pewawancara

3)  Angket (Questionnare)
Angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam  proses  pembelajaran  terutama  adalah  untuk  memperoleh  data  mengenai  latar belakang  peserta  didik sebagai  salah satu bahan dalam menganalisis  tingkah laku dan proses belajar mereka.
Beberapa tujuan dari pengembangan angket adalah :
      Mengumpulkan   informasi   sebanyak   mungkin   dari   siswa   tentang   pembelajaran matematika.
      Membimbing siswa untuk belajar efektif sampai tingkat penguasaan tertentu.
       Mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam belajar.
       Membantu anak yang lemah dalam belajar.
       Untuk mengetahui kesulitan – kesulitan siswa dalam pembelajaran matematika.
Kuesioner dari segi isi dapat dibedakan atas 4 bagian yaitu:
      Pertanyaan  fakta adalah pertanyaan  yang menanyakan  tentang fakta antara lain seperti jumlah sekolah, jumlah jam belajar, dll.
      Pertanyaan  perilaku  adalah  apabila  guru menginginkan  tingkah  laku  seseorang siswa dalam kegiatan di sekolah atau dalam proses belajar mengajar.
      Pertanyaan    informasi   adalah   apabila   melalui   instrument   itu   guru   ingin mengungkapkan berbagai informasi atau menggunakan fakta.
      Pertanyaan pendapat dan sikap adalah kuesioner yang berkaitan dengan perasaan, kepercayaan  predisposisi,  dan nilai-nilai  yang berhubungan  dengan  objek  yang dinilai.
Kuesioner dari jenisnya dapat dibedakan atas 3 yaitu
      Tertutup,  kuesioner  yang alternative  jawaban  sudah ditentukan  terlebih dahulu. Responden hanya memilih diantara alternative yang telah disediakan.
       Terbuka, kuesioner ini memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan pendapatnya tentang sesuatu yang ditanyakan sesuai dengan pandangan dan kemampuannya.   Alternative   jawaban   tidak  disediakan.   Mereka  menciptakan sendiri jawabannya dan menyusun kalimat dalam bahasa sendiri
      Tertutup dan terbuka, kuesioner ini merupakan gabungan dari kedua bentuk yang telah dibicarakan.  Yang berarti  bahwa dalam bentuk  ini, disamping  disediakan alternative, diberi     juga     kesempatan     keoada     siswa/mahasiswa     untuk mengemukakan alternative    jawabannya    sendiri,    apabila    alternative    yang disediakan tidak sesuai dengan keadaan yang bersangkutan.

kelebihan  angket
      Dengan  angket kita dapat memperoleh  data dari sejumlah  anak yang banyak yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat.
      Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama
        Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan
Kelemahan angket, antara lain:
  • Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal- hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali
  •  Kadang-kadang  pertanyaan  yang  diberikan  tidak  dijawab  oleh  semua  anak,  atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.
  • Ada  kemungkinan  angket  yang  diberikan  tidak  dapat  dikumpulkan  semua,  sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali angketnya.

4.   Pemeriksaan Dokumen  (Documentary Analysis)
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa  menguji  (teknik  non-tes)  juga  dapat  dilengkapi  atau  diperkaya  dengan  cara melakukan  pemeriksaan  terhadap  dokumen-dokumen,  misalnya:  dokumen  yang menganut  informasi  mengenai  riwayat  hidup  (auto biografi),  seperti kapan kapan  dan dimana peserta didik dilahirkan, agama yang dianut, kedudukan anak didalam keluarga dan  sebagainya.  Selain  itu  juga  dokumen  yang  memuat  informasi  tentang  orang  tua peserta  didik,  dokumen  yang memuat  tentang orang tua peserta  didik, dokumen  yang memuat tentang lingkungan non-sosial,  seperti kondisi bangunan rumah, ruang belajar, lampu penerangan dan sebagainya
5. Study Kasus (Case Study)
Studi kasus adalah mempelajari individu dalam proses tertentu secara terus menerus untuk melihat perkembangannya. Misalnya peserta didik yang sangat cerdas, sangat lamban, sangat rajin, sangat nakal, atau kesulitan dalam belajar
Tiga pertanyaan inti dalam studi kasus, yaitu:
  • Mengapa kasus tersebut bisa terjadi?
  • Apa yang dilakukan oleh seseorang dalam kasus tersebut? 
  • Bagaimana pengaruh tingkah laku seseorang terhadap lingkungan?

Studi kasus sering digunakan  dalam evaluasi,  bimbingan,  dan penelitian.  Studi ini menyangkut  integrasi  dan  penggunaan  data  yang  komprehensif  tentang  peserta  didik sebagai  suatu  dasar  untuk melakukan  diagnosis  dan mengartikan  tingkah  laku peserta didik tersebut. Dalam melakukan studi kasus, guru harus terlebih dahulu mengumpulkan data dari berbagai sumber dengan menggunakan berbagai teknik dan alat pengumpul data. Salah  satu  alat  yang  digunakan  adalah  depth-interview  , yaitu  melakukan  wawancara secara mendalam, jenis data yang diperlukan antara lain, latar belakang kehidupan, latar belakang keluarga, kesanggupan  dan kebutuhan,  perkembangan  kesehatan,  dan sebagainya.
Kelebihannya adalah dapat mempelajari seseorang secara mendalam dan
komprehensif, sehingga karakternya dapat diketahui selengkap-lengkapnya. Sedangkan kelemahannya  adalah hasil studi kasus tidak dapat digeneralisasikan,  melainkan  hanya berlaku untuk peserta didik itu saja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar